KEPURBAKALAAN ISLAM DI JAWA TIMUR ABAD XI-XVI




KEBUDAYAAN ISLAM DI JAWA TIMUR: KEPURBAKALAAN ISLAM DI JAWA TIMUR ABAD XI-XVI

Evi Aulia Prasetya Yudi


S1 PENDIDIKAN SEJARAH - UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Jalan Semarang No.05 Malang

Abstrak: Berdasarkan penelitian dan publikasi kebudayaan islam di indonesia dapat diketahui bahwa data kepurbakalaannya sebagian besar berupa bangunan, antara lain: masjid, makam beserta unsur pendukungnya, seperti nisan, cungkup, serta gapura. Bangunan dan benda-benda tersebut merupakan sumber data utama di samping sumber tekstual, misalnya manuskrip. U ntuk menyusun dan merekonstruksi periodisasi sejarah kebudayaan islam di indonesia, dua macam data itu dapat memberikan informasi yang saling melengkapi. Di samping itu keberadaan dan jumlah sumber sejarah islam yang berhuruf dan berbahasa arab di jawa, sungguh berbeda keadaannya dengan di sumatra utara yang jumlah artefaknya jauh lebih banyak.
Kata Kunci: purbakala, manuskrip, masjid, makam, nisan, cungkup, gapura.

Abstract: Based on research and publication of Islamic culture in Indonesia can be seen archaeological data of most buildings, among others: mosque, the tomb can be prevented for one element, such as tombstones, cupola, and gate. Buildings and objects are the main data sources in addition to textual sources, such as manuscripts. To compile and reconstruct the periodic history of Islamic culture in Indonesia, two kinds of data can provide complementary information. In addition to the store and the number of Islamic historical sources are letters and speaking Arabic in Java, it is very different with the situation in northern sumatra that the number of artifacts is much more.
Keywords: archaeologists, manuscripts, mosques, tombs, tombstones, cupola, gate.

Sesuai dengan tujuan penulisan artikel ini, data sumber yang akan dibahas terdiri atas bangunan dan teks yang dideskripsikan dibatasi berdasarkan dimensi waktu (temporal) dan ruang (spacial) terutama peninggalan dari masa peralihan di jawa timur.
Sebagian besar peninggalan berupa masjid dan bangunan pendukungnya (gapura, mimbar, dan artefak lain). Juga makam, termasuk di dalamnya cungkup dan nisan. Bangunan cungkup jauh lebih banyak yang tersisa dibandingkan masjid. Bentuk bangunan masjid banyak yang telah berubah dari aslinya namun cungkup masih sering dapat diketahui bentuk aslinya.
            Bentuk masjid maupun cungkup sering dapat ditemukan bentuknya yang sezaman karena adanya relief bangunan pada artefak lainnya. Misalnya di gapura e sendangduwur dan kori agung di makam sunan drajat. Relief-relief bangunan serupa itu mungkin dapat digunakan sebagai rujukan untuk mendapat perbandingan bentuk bangunannya dalam rangka pemugaran di kemudian hari. Cungkup yang terkait dengan sunan ampel dento tidak ditemukan lagi. Hal itu cukup menarik mengingat kedudukan sunan drajat sebagai wali senior, dan mungkin sejak awal tidak dibuatkan cungkupnya, atau cungkup yang lama sudah roboh dan cungkup yang baru tidak dibuat lagi.
Artefak yang berupa bangunan antara lain adalah Situs Leran, Situs Gapura Gapura Wetan, Situs Ampel Dento, Situs Girigajah, Situs Sunan Bonang, Situs Gesikharja, Situs Bejagung Lor, Situs Sendangduwur, Situs Drajat, Situs Troloyo, Situs Makam Ratu Pontang, Situs Gondang Lor, Situs Pandanrejo, Situs Blego Madura, Dan Situs Madegan. Sedangkan artefak yang berupa tulisan contohnya naskah esmu kabuyutan, naskah bibliotecha indonesica 4, naskah bibliotecha 18, manuskrip dan lamongan dan gresik, naskah 01 yang berhuruf arab pegon (berbahasa jawa berbentuk prosa), naskah 02 yang ditulis pada kertas eropa watermark, naskah 03 yang memiliki bahan daluwang berbahasa arab pegon, dan juga naskah 04 yang disebut juga babad giri.
Penyebaran Islam di Jawa membawa perubahan dalam kehidupan sosial politik masyarakat Jawa. Penyebaran Islam ini mendorong munculnya kekuatan Islam di kota-kota pesisir yang dikendalikan oleh para penguasa yang menganut Islam. Adanya paham kekuasaan menurut Agama Islam, dan dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya, dan penguasaan di bidang politik dan ekonomi mendorong para penguasa lokal di pesisir dan pedalaman serta para penguasa keagamaan yang memiliki wilayah kekuasaan politik dan ekonomi di daerah pesisir, bertindak sebagai pemegang otoritas keagamaan sekaligus penguasa pemerintahan politik yang otonom.
Pengaruh Islam terhadap tumbuh dan berkembangnya pusat kekuasaan Islam di Jawa atau pengaruh Islam terhadap kehidupan politik di Jawa ini pada awalnya telah didahului dengan tumbuh dan berkembangnya kekuatan-kekuatan dan pusat-pusat Islam di kota-kota pesisir. Tumbuh dan berkembangnya kekuatan-kekuatan dan pusat-pusat Islam di kota-kota pesisir yang bercorak Islam merupakan perwujudan integrasi kekuatan Islam sebagai akibat masuknya Agama Islam yang dibawa pada saudagar Islam dalam perdagangan yang menggunakan jalan laut yang melewati wilayah pesi-sir pantai utara pulau Jawa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK

Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo

RUMAH SAKIT LAVALETTE (1918-1928)